Tuesday, April 21, 2015

Estetika Kejujuran dalam Berkarya Seni


Galeri seni selalu menyajikan nuansa yang baru, penuh inspirasi dengan beragam ekspresi karya seniman-senimannya. Tak terkecuali Edwin’s Gallery, yang dikenal sebagai Indonesian Contemporary Art Gallery dengan penampilan karya-karya seni kontemporer-nya. Edwin’s Gallery juga dikenal sebagai Kinetic Art Gallery, karena oleh pendirinya yaitu Edwin Rahardjo, galeri memang ditujukan untuk menjadi wahana pengembangan seni kinetik yang dipeloporinya. Di dalamnya terdapat koleksi karya-karya seni seniman baik dari dalam negeri maupun manca negara yang menjadi cerminan perkembangan seni rupa di Tanah Air.

Salah satu seniman luar negeri yang turut berkontribusi di galeri tersebut adalah Tang Shu. Seniman asal negeri Cina ini adalah seorang pemikir yang serius, sentimental, energik namun juga humoris. Emosinya selalu berubah-ubah terkait dengan perubahan lingkungan sekitarnya, atau saat pemikirannya juga turut berubah mempengaruhinya. 

Saat ini pasar seni kontemporer di Cina cenderung berkarya untuk mengejar materi yang berlimpah. Namun, Tang Shu justru sibuk mengaplikasikan berbagai eksplorasi terhadap keadaan yang tak menentu dan seolah tidak menjadi jaminan bagi masa depannya kelak. Perubahan dalam hasil karyanya muncul sejak tahun 2005. Ia lebih fokus pada wajah yang dikerjakannya dengan torehan kuasnya yang besar nan bebas, warna abu-abu yang khas nampak mendominasi kanvasnya, seolah mengesankan tragedi dan misteri dengan rahasia yang menyelubunginya. Wajah-wajah yang terpancar dalam hasil karyanya merupakan pengejawantahan dari wajah-wajah masyarakat saat ini yang pernah dilihatnya.

Tang Shu sangat menggemari lagu klasik Cina dan Barat, namun ia tak begitu suka Pop Art dan Mao’s Art. Menurut pendapatnya, itu semua hanyalah bagian dari ketidakjujuran para seniman yang ingin menarik perhatian dunia seni dan masyarakat Barat. Sebagai seniman, ia berkarya mengikuti suara hati, dan karya-karyanya tidak harus menunjukkan bahwa ia adalah seorang seniman kontemporer Cina hanya karena tampilan karyanya saja. Dalam hal ini, ia berpendapat bahwa kejujuran dalam berkarya sengatlah penting.

Ia berasumsi, kejujuran merupakan ujung tombak terpenting dalam sebuah karya. Wajah yang banyak menjadi subjek karyanya, adalah sebuah representasi dari emosi yang tercermin dari wajah subjeknya, entah itu ekspresi sedih, gembira, cemburu ataupun takut. Ia sangat menyukai beberapa karya Lucien Freud yang juga terdapat di Edwin’s Gallery, karena menurutnya wajah yang terpancar di dalam karyanya juga menunjukkan kejujuran ekspresi sebuah subjek.

No comments:

Post a Comment